Kamis, 21 Oktober 2010

MANCING DI PULAU SERIBU ( DKI Jakarta )

@El Fhivi Arvianto
厄爾尼諾愛維安

FROM SERIBU ISLAND's WITH FRIENDSHIP



PULAU PUTRI DAN PULAU KHAYANGAN YANG MENGESANKAN

Tahun 2008 yang lalu, aku mendapat undangan melalui telepon dari temanku di Jakarta. Sebenarnya undangan ini bukan acara untuk mancing. Tujuanku datang ke pulau Seribu adalah untuk menghadiri undangan reuni sahabat-sahabat akrab kuliahku dulu waktu masih di Jogja. Hanya kebetulan acara ini berlangsung di pulau Seribu, tepatnya di pulau Putri. Maka atas usulan teman-teman, acara kengen-kengenan akan di kemas dalam acara mancing di pulau Seribu. Kebetulan salah satu temanku mempunyai cottege di sana. Mengingat acaranya berlangsung di pulau Seribu, jelas kesempatan ini tak akan aku sia-siakan untuk melampiaskan hobyku... Memancing..!!! Yaaa, dimanapun tempatnya aku selalu menyempatkan diri untuk memancing. Asal jangan memancing keributan donk...He..he..hee...

Aku berangkat ke Jakarta via Bandung untuk mampir dan berangkat bersama temanku yang tinggal di Bandung. Sore dari Wonosobo aku naik bis Budiman jurusan Bandung dan sampai di Bandung tepat pukul 04.00 waktu subuh di terminal Cicaheum. Sebenarnya aku pengen banget mencoba mancing di sungai Ciliwung maupun Cikapundung di sekitar Bandung, tapi mengingat tak ada waktu banyak untuk berlama-lama di Bandung, akhirnya tak kesampaian niat aku mampir di sungai Ciliwung maupun Cikapundung.

Dari Bandung jam 16.00 aku menggunakan kereta api Parahyangan menuju Jakarta. Sampai di Jakarta jam 19.00 dan turun di stasiun Gambir. Aku sudah di jemput teman konyol, Tengku anak Aceh yang sekarang bermukim di Jakarta. Rencananya besok pagi aku dan rombongan akan menuju pulau Seribu. Malam itu aku menginap di rumah Tengku di komplek Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Pagi harinya, setelah shalat Subuh, aku menuju ke pelabuhan Kamal untuk memulai acara reuni yang dikemas dalam acara mancing bersama. Sampai di Kamal, di sana sudah menunggu teman-teman yang lain. Kami semua ada delapan orang yang akan bersama-sama berlayar ke pulau Seribu. Aku, Risa Oi, Tengku, Parakash, Joe, Inke, Daik, Gondrong, Dengan menggunakan kapal nelayan Bugis, aku berlayar jam 05.00. Ku lihat sekelilingku, sungguh ironis sekali keadaan kampung nelayan di Kamal bila di bandingkan dengan ibukota Jakarta. Kampung Kamal terlihat kumuh dan kotor sekali.. Bau busuk menyebar kemana-mana, banyak tikus Wirok yang berkeliaran di sekitar kampung. Banyak sampah yang merupakan buangan sampah penduduk Jakarta hanyut oleh sungai yag bermuara di muara Kamal. Dan akibatnya hanya Kamal yang menerima dampak kerusakan lingkungan oleh sampah ibukota. Memandang lautan pulau Seribupun tak jauh berbeda, laut terlihat banyak sampah yang terapung. Sungguh kontras bila mengingat pulau seribu merupakan pulau tujuan kunjungan wisata, tapi lautnya tidak kondusif untuk pariwisata. Bahkan ketika aku mulai pasang joran, banyak sampah yang nyangkut di kailku. Beberapa kali senar pancingku putus terseret dan tersangkut sampah. Tapi bagiku, senar putus bukanlah persoalan yang utama. Di sungai-sungaipun aku sudah terbiasa berhadapan dengan sampah yang nyangkut di kail.


Tengku with me...



Parakash strike...!!!


Maaf... Lagi sibuk panen neeeh....!!!






Silahkan kalian pada mimik "banyu gendeng"... Aku gak ikut2an.....



Makan siang dengan lauk hasil pancingan... Nyum..nyummi.....


Dengan umpan udang hidup, aku beberapa kali strike ikan Kerapu.. Bermacam-macam jenis ikan Kerapu berhasil aku angkat. Mulai Kerapu Macan, Kerapu Tutul, Kerapu Biru dan banyak lagi macamnya. Yang aku sendiri tidak begitu hapal macam jenisnya. Menjelang tengah hari aku sempat strike ikan GT sebesar bantal, sayang sekali karena tak berpengalaman mancing laut. Akhirnya aku harus merelakan ikan GT tersebut lolos karena senar putus. Maklum, senar yang aku gunakan bukan senar khusus saltwater. Tapi senar yang biasa aku gunakan di freshwater. Ternyata senar Waterline yang sangat ampuh di freshwater, belum mumpuni jika di adu dengan penghuni laut...

Menjelang tengah hari kami mendarat di pulau Khayangan, di pulau tersebut kami beristirahat dan makan siang dengan makan ikan bakar hasil pancingan kami. Nikmatnya... Mmmm.. Luar biasa...!! Total pancingan kami semuanya kira-kira mencapai 7 kg berbagai macam ikan kecil-kecil sebesar telapak tangan. Mulai ikan Kerapu dan sejenisnya, ikan Baronang, ikan Senggi, ikan Terisi, ikan GT anakan dan Kakap merah.


Pulau Putri

Segarnya air pulau Putri




Senja di Pulau Putri



Sudah bro, jangan kebanyakan... Jauh dari rumah neeh..!!

Goyang Dombreeeet... Tariiiik mang..!!


Rythm of the sea....


Bersama babe nakhkoda kapal


Parakash pagi2 ngajak strike lagi...


Formasi lengkap tim ekspedisi pulau Seribu



Perjalanan pulang


Selanjutnya setelah makan siang, kami melanjutkan pelayaran menuju pulau Putri. Hari sudah menjelang sore, kami berencana akan menginap semalam di pulau Putri dan akan menjajal strike malam hari di pasiran pulau Putri.


1 komentar:

  1. Ingat waktu kecil isih akeh iwak..saiki wis entek digrayah tukang setrum gebleg..

    BalasHapus

Kamis, 21 Oktober 2010

MANCING DI PULAU SERIBU ( DKI Jakarta )

@El Fhivi Arvianto
厄爾尼諾愛維安

FROM SERIBU ISLAND's WITH FRIENDSHIP



PULAU PUTRI DAN PULAU KHAYANGAN YANG MENGESANKAN

Tahun 2008 yang lalu, aku mendapat undangan melalui telepon dari temanku di Jakarta. Sebenarnya undangan ini bukan acara untuk mancing. Tujuanku datang ke pulau Seribu adalah untuk menghadiri undangan reuni sahabat-sahabat akrab kuliahku dulu waktu masih di Jogja. Hanya kebetulan acara ini berlangsung di pulau Seribu, tepatnya di pulau Putri. Maka atas usulan teman-teman, acara kengen-kengenan akan di kemas dalam acara mancing di pulau Seribu. Kebetulan salah satu temanku mempunyai cottege di sana. Mengingat acaranya berlangsung di pulau Seribu, jelas kesempatan ini tak akan aku sia-siakan untuk melampiaskan hobyku... Memancing..!!! Yaaa, dimanapun tempatnya aku selalu menyempatkan diri untuk memancing. Asal jangan memancing keributan donk...He..he..hee...

Aku berangkat ke Jakarta via Bandung untuk mampir dan berangkat bersama temanku yang tinggal di Bandung. Sore dari Wonosobo aku naik bis Budiman jurusan Bandung dan sampai di Bandung tepat pukul 04.00 waktu subuh di terminal Cicaheum. Sebenarnya aku pengen banget mencoba mancing di sungai Ciliwung maupun Cikapundung di sekitar Bandung, tapi mengingat tak ada waktu banyak untuk berlama-lama di Bandung, akhirnya tak kesampaian niat aku mampir di sungai Ciliwung maupun Cikapundung.

Dari Bandung jam 16.00 aku menggunakan kereta api Parahyangan menuju Jakarta. Sampai di Jakarta jam 19.00 dan turun di stasiun Gambir. Aku sudah di jemput teman konyol, Tengku anak Aceh yang sekarang bermukim di Jakarta. Rencananya besok pagi aku dan rombongan akan menuju pulau Seribu. Malam itu aku menginap di rumah Tengku di komplek Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Pagi harinya, setelah shalat Subuh, aku menuju ke pelabuhan Kamal untuk memulai acara reuni yang dikemas dalam acara mancing bersama. Sampai di Kamal, di sana sudah menunggu teman-teman yang lain. Kami semua ada delapan orang yang akan bersama-sama berlayar ke pulau Seribu. Aku, Risa Oi, Tengku, Parakash, Joe, Inke, Daik, Gondrong, Dengan menggunakan kapal nelayan Bugis, aku berlayar jam 05.00. Ku lihat sekelilingku, sungguh ironis sekali keadaan kampung nelayan di Kamal bila di bandingkan dengan ibukota Jakarta. Kampung Kamal terlihat kumuh dan kotor sekali.. Bau busuk menyebar kemana-mana, banyak tikus Wirok yang berkeliaran di sekitar kampung. Banyak sampah yang merupakan buangan sampah penduduk Jakarta hanyut oleh sungai yag bermuara di muara Kamal. Dan akibatnya hanya Kamal yang menerima dampak kerusakan lingkungan oleh sampah ibukota. Memandang lautan pulau Seribupun tak jauh berbeda, laut terlihat banyak sampah yang terapung. Sungguh kontras bila mengingat pulau seribu merupakan pulau tujuan kunjungan wisata, tapi lautnya tidak kondusif untuk pariwisata. Bahkan ketika aku mulai pasang joran, banyak sampah yang nyangkut di kailku. Beberapa kali senar pancingku putus terseret dan tersangkut sampah. Tapi bagiku, senar putus bukanlah persoalan yang utama. Di sungai-sungaipun aku sudah terbiasa berhadapan dengan sampah yang nyangkut di kail.


Tengku with me...



Parakash strike...!!!


Maaf... Lagi sibuk panen neeeh....!!!






Silahkan kalian pada mimik "banyu gendeng"... Aku gak ikut2an.....



Makan siang dengan lauk hasil pancingan... Nyum..nyummi.....


Dengan umpan udang hidup, aku beberapa kali strike ikan Kerapu.. Bermacam-macam jenis ikan Kerapu berhasil aku angkat. Mulai Kerapu Macan, Kerapu Tutul, Kerapu Biru dan banyak lagi macamnya. Yang aku sendiri tidak begitu hapal macam jenisnya. Menjelang tengah hari aku sempat strike ikan GT sebesar bantal, sayang sekali karena tak berpengalaman mancing laut. Akhirnya aku harus merelakan ikan GT tersebut lolos karena senar putus. Maklum, senar yang aku gunakan bukan senar khusus saltwater. Tapi senar yang biasa aku gunakan di freshwater. Ternyata senar Waterline yang sangat ampuh di freshwater, belum mumpuni jika di adu dengan penghuni laut...

Menjelang tengah hari kami mendarat di pulau Khayangan, di pulau tersebut kami beristirahat dan makan siang dengan makan ikan bakar hasil pancingan kami. Nikmatnya... Mmmm.. Luar biasa...!! Total pancingan kami semuanya kira-kira mencapai 7 kg berbagai macam ikan kecil-kecil sebesar telapak tangan. Mulai ikan Kerapu dan sejenisnya, ikan Baronang, ikan Senggi, ikan Terisi, ikan GT anakan dan Kakap merah.


Pulau Putri

Segarnya air pulau Putri




Senja di Pulau Putri



Sudah bro, jangan kebanyakan... Jauh dari rumah neeh..!!

Goyang Dombreeeet... Tariiiik mang..!!


Rythm of the sea....


Bersama babe nakhkoda kapal


Parakash pagi2 ngajak strike lagi...


Formasi lengkap tim ekspedisi pulau Seribu



Perjalanan pulang


Selanjutnya setelah makan siang, kami melanjutkan pelayaran menuju pulau Putri. Hari sudah menjelang sore, kami berencana akan menginap semalam di pulau Putri dan akan menjajal strike malam hari di pasiran pulau Putri.


1 komentar:

  1. Ingat waktu kecil isih akeh iwak..saiki wis entek digrayah tukang setrum gebleg..

    BalasHapus